Selasa, 15 Mei 2018

Penelitian deskriptif dan penelitian korelasi


TUGAS 8 OUT CLASS

Nama : Rina Anggraini
Nim : E1B015042
E-mail : rina10121996@gmail.com
Blog : rinappkn.blogspot.com
No. Hp : 082339930208

            PENELITIAN DESKRIPTIF DAN PENELITIAN KORELASIONAL

A.    PENELITIAN DESKRIPTIF
1.      Pengertian
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji

2.      Jenis-jenis penelitian deskriptif
1)      Metode survey
Metode survei merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik itu tentang institusi ekonomi, sosial, atau politik dari suatu daerah ataupun suatu kelompok. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal lebih mendalam tentang masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik yang sedang berlangsung.
Pada metode survei juga dilakukan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang sudah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang sama dan hasilnya bisa digunakan dalam pembuatan suatu rencana dan pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Penyelidikan dijalankan pada waktu yang bersamaan terhadap beberapa individu atau unit, baik secara sensus ataupun dengan memakai sample. Unit yang dipakai pada metode survei cukup besar.
Banyak sekali masalah atau isu yang bisa diteliti dengan memakai metode survey ini, termasuk pada bidang produksi dan tata niaga (survey produksi dan tata niaga ), pada usaha tani (surve usaha tani), pada masalah kemasyarakatan (survey sosial), pada masalah komunikasi dan pada pendapat umum (survei pendat umum), pada masalah politik (survey politik), pada masalah pendidikan (survey pendidikan dan persekolahan), dan lain sebagainya.

2)      Metode deskriptif berkesinambungan
Metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive research merupakan suatu penelitian secara deskriptif yang dijalankan secara terus - menerus terhadap suatu objek penelitian tertentu. Sering kali dijalankan dalam hal meneliti masalah - masalah atau isu-isu sosial. Pengetahuan yang lebih mendalam dan menyeluruh dari suatu isu atau masalah serta fenomena dan ketentuan - ketentuan sosial bisa diperoleh bila hubungan - hubungan fenomena dikaji dalam suatu interval perkembangan dalam suatu periode yang lama. Dengan memperhatikan secara detail perubahan yang dinamis pada suatu interval tertentu, maka generalisasi suatu fenomena atau situasi secara dinamis bisa dibuat.
Penelitian deskriptif berkesinambungan merupakan Penelitian yang berkehendak menjangkau informasi faktual yang mendetail secara interval. Bila perhatian dipusatkan kepada perubahan - perubahan prilaku atau pemikiran, maka teknik dalam penelitian ini dinamakan teknik panel. Teknik panel ini berupa wawancara terhadap kelompok - kelompok manusia yang sama pada situasi yang berbeda - beda. Informasi yang diharapkan dapat saja kuantitatif, seperti anggaran belanja keluarga, jumlah konsumsi, dan sebagainya. Penggunaan metode deskriptif berkesinambungan lebih populer dalam mengkaji masalah sosial.

3)      Penelitian studi kasus
Studi kasus atau case study adalah suatu penelitian tentang status subjek penelitian yang berkaitan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keselurahan personalitas. Subjek penelitian bisa saja individu, lembaga, kelompok, maupun masyarakat. Peneliti berkinginan mempelajari secara intensif dan menyeluruh latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit - unit sosial yang menjadi subjek.
Tujuan studi kasus itu sendiri yaitu untuk memberikan gambaran secara mendetail terhadap suatu latar belakang, sifat - sifat serta karakter - karakter yang khas atau unik dari kasus, ataupun status dari individu, yang selanjutnya dari sifat - sifat khas di atas akan jadikan suatu hal yang bersifat umum. Pada awalnya, studi kasus ini banyak dipakai dalam penelitian obat - obatan dengan tujuan untuk diagnosis, tetapi kemudian pemakaian studi kasus telah meluas sampai kebidang - bidang yang lainnya.
Hasil dari suatu penelitian studi kasus merupakan suatu generalisasi dari suatu pola-pola kasus yang tipikal dari individu, lembaga, kelompok, dan sebagainya. Tergantung berdasarkan tujuannya, ruang lingkup dari studi bisa mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan dari individu, lembaga, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap faktor - faktor kasus tertentu, atau mencakup keseluruhan factor - faktor dan fenomena - fenomena. Studi kasus lebih menekankan pada pengkajian vairabel yang lumayan banyak pada jumlah unit yang relatif kecil. Hal ini sangat berbeda dengan metode survei, yang mana peneliti lebih cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi menggunakan unit sample yang relatif besar.
Studi kasus lebih banyak dikerjakan untuk meneliti kota besar, desa, sekelompok manusia drop out, tahanan - tahanan, pimpinan - pimpinan, dan sebagainya. Bila studi kasus ditujukan guna meneliti kelompok, maka perlu diisolasikan atau dikisahkan kelompok - kelompok dalam suatu kumpulan yang homogen.

4)      Penelitian analisis kerja dan aktivitas
Analisis Kerja dan Aktivitas atau job and activity analysis, adalah suatu penelitian dengan memakai metode deskriptif. Penelitian Analisis kerja dan aktivitas ini ditujukan guna menyelidiki aktivitas dan pekerjaan manusia secara terperinci. Dan hasil dari penelitian tersebut bisa memberikan rekomendasi - rekomendasi guna keperluan di masa yang akan datang. Penelitian perkejaan pada bidang industri disebut job analysis atau analisis pekerjaan, sedangkan untuk penelitian pada bidang pertanian, dinamakan analysis aktivitas atau activity analysis. Analysis aktivitas juga meliputi analisis pekerjaan di bidang jasa, seperti peleyanan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Pada penelitian ini, studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan - kelakuan pekerjaan, buruh, guru, petani, dan lain - lain terhadap gerak - gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efektif dan efisien, dan sebagainya. Data mengenai hal - hal yang ini diselidiki, selanjutnya dianalisis, diberikan interpretasi, dan dilakukan generalisasi dalam rangka menetapkan sifat - sifat dan keriteria - keriteria pekerjaan yang baik, rencana upgrading, keseimbangan berusaha dan bekerja serta aktivitas sangat berkembang pada masa setelah Perang Dunia I, dengan tujuan untuk mengadakan klasifikasi pekerjaan dan pekerjaan secara lebih efektif.
5)      Studi waktu gerakan
Studi Waktu dan gerakan atau time and motion study merupakan penelitian dengan metode deskriptif yang berusaha untuk menyelidiki efisien produksi dengan mengadakan studi yang mendetail tentang penggunaan waktu serta perilaku pekerja dalam proses produksi. Gerak - gerak utama dalam pekerjaan diamati, dicatat, dilukiskan, serta dianalisis. Generalisasi dan interpretasi tentang waktu yang digunakan serta gerak-gerak utama yang terjadi, sehingga suatu kesimpulan tentang gerak-gerak yang diperlukan dalam pekerjaan, gerak-gerak yang tidak diperlukan yang dapat menghambat pekerjaan serta saran-saran dalam rangka memperbaiki pekerjaan dan menambah efisiensi kerja. Dalam rangka efisisensi, juga perlu dikaji alat - alat produksi yang digunakan, serta bagaimana alat - alat produksi tersebut diatur demi peningkatan efisisensi kerja.

3.      Kriteri pokok metode deskriptif
1)      Criteria umum
Kriteria umum dari penelitian dengan metode deskriptif adalah sebagai berikut.
a.       Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
b.       Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
c.       Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.
d.      Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
e.       Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
f.       Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untuk itu telah dikembangan.

2)      Kriteria khusus
Kriteria khusus dari metode deskriptif adalah sebagai berikut.
a.       Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status.
b.      Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
c.       Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak adalah kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau menipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.
B.     PENELITIAN KORELASI
1.      Pengertian
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328).
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian expostfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.

2.      Tujuan
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

3.      Ciri-ciri penelitian korelasional
1)      Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2)      Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3)      Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4)      Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.
4.      Macam-macam penelitian korelasional
1)      Penelitian Hubungan
     Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat).
     Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
2)      Penelitian prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru. Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3)      Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.


Sumber :
Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam http://www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm. di akses tanggal 25 September 2010.
Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom Universitas Mercubuana Jakarta
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Pergo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar